Elsa - Disney's Frozen

Jumat, 05 Desember 2014

PENYAKIT MENULAR : DIARE

Diposting oleh Unknown di 02.16 0 komentar
1. Prevalensi diare
2. Pengertian diare
3. Penyebab diare
4. Tanda dan gejala diare
5. Komplikasi diare
6. Pencegahan primer diare
7. Pencegahan sekunder diare
8. Pencegahan tersier diare
9. 7 Langkah mencuci tangan yang benar
10. Manfaat daun jambu biji untuk mengurangi frekuensi BAB pada diare
 

DIARE


Prevalensi di Indonesia
Pemetaan penyakit menular menunjukkan penurunan angka period prevalence diare dari 9,0% tahun 2007 menjadi 3,5% tahun 2013. Untuk menjadi catatan, penurunan prevalensi diasumsikan tahun 2007 pengumpulan data tidak dilakukan secara serentak, sementara tahun 2013 pengumpulan data dilakukan bersamaan di  bulan Mei sampai dengan Juni.


Prevalensi di Dunia
Diare adalah salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan anak-anak meninggal dunia, sebanyak 9% dari angka kematian anak berusia dibawah 5 tahun di seluruh dunia. Pada tahun 2013, sebanyak 1.600 anak meninggal setiap hari atau sekitar 580.000 anak per tahun. Kebanyakan, kematian anak akibat diare terjadi di Asia Selatan dan sub-Sahara, Afrika. Dari tahun 2000 sampai dengan 2013, terjadi penurunan angka kematian anak berusia dibawah 5 tahun akibat diare lebih dari 50% atau lebih dari 1.2 juta menjadi 0.6 juta anak.
Apa itu Diare?
Menurut Depkes RI, diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.


Penyebab Diare
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada anak, yaitu: 
a)      Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
b)      Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
c)      Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
d)     Menggunakan air minum yang tercemar.
e)      Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f)       Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:
(1)   Infeksi yang dapat disebabkan oleh:
a.       Bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium Perfringens, Staphyiccoccus Aureus, Campylobacter dan Aeromonas.
b.      Virus, misal: Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan adenovirus.
c.       Parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, Protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.
(2)   Alergi
(3)   Malabsorbsi
(4)   Keracunan yang dapat disebabkan oleh:
a)      keracunan bahan kimiawi
b)      keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi: jasad renik, ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran.
(Sumber: Widaya, 2004 dalam 
Tanda dan Gejala
Adapun tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat diare:

1) Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:
·         Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari
·         Keadaan umum baik dan sadar
·         Mata normal dan air mata ada
·         Mulut dan lidah basah
·         Tidak merasa haus dan bisa minum

2) Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat badan, dengan gejala sebagai berikut:
·         Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering
·         Kadang-kadang muntah, terasa haus
·         Kencing sedikit, nafsu makan kurang
·         Aktivitas menurun
·         Mata cekung, mulut dan lidah kering
·         Gelisah dan mengantuk
·         Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung
  
3) Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, dengan gejala:
·         Frekuensi buang air besar terus-menerus
·         Muntah lebih sering, terasa haus sekali
·         Tidak kencing, tidak ada nafsu makan
·         Sangat lemah sampai tidak sadar
·         Mata sangat cekung, mulut sangat kering
·         Nafas sangat cepat dan dalam
·         Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba
·         Ubun-ubun sangat cekung

Komplikasi Diare
Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi, yaitu:
·         Dehidrasi: ringan, sedang, dan berat.
·         Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
·         Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
·         Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
·         Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
·         Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
·         Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran bertambah).

Pencegahan Primer Diare 

1.      Perilaku Sehat
a)      Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).
b)      Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI yang diberikan. Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
·         Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6x sehari serta teruskan pemberian ASI.
·         Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau kedalam makanannya.
·         Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.
·         Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
c)      Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Kuman penyebab diare masuk ke mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan dan minumnya dicuci oleh air yang kotor. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi resiko terhadap diare, yaitu:
·         Ambil air dari sumber air yang bersih
·         Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
·         Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak.
·         Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
·         Cuci semua peralatan masak dan peralatan makanan dengan air bersih dan cukup.
d)     Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan individu (perorangan) yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare dengan menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%. Berikut adalah cara mencuci tangan yang benar:
·         Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
·         Gunakan sabun dibagian telapak tangan yang basah
·         Digosok telapak tangan ke telapak tangan, sehingga menghasilkan busa secukupnya selama 15-20 detik
·         Bilas kembali dengan air bersih
·         Tutup kran dengan siku atau tissue
·         Keringkan tangan dengan tissue/handuk kertas
·         Hindarkan menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan
e)      Menggunakan Jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar dijamban. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh kelurga:
·         Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
·         Bersihkan jamban secara teratur.
·         Gunakan alas kaki bila buang air besar.
f)       Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit kepada anak-anak dan orang taunya. Tinja bayi harus dibuang dengan benar. Yang harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu:
·         Kumpulkam segera tinja bayi dan buang di jamban
·         Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya.
·         Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
·         Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
g)      Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh Karena itu, berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

2.      Penyehatan Lingkungan
a)      Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare, penyediaan air bersih sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 


b)      Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dan sebagainya. Selain itu, sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu, pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit tersebut. 




c)      Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tanggan harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menajdi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu keindahan dan dapat dijadikan tempat bersarangnya tikus, nyamuk, kecoa dan sebagainya.


Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita, yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Berikut ini adalah cara mengatasi diare di rumah:
1)      Segera berikan cairan oralit
Cara membuat oralit:
o   Cuci tangan menggunakan sabun lalu bilas sampai bersih sebelum membuat oralit
o   Sediakan 1 gelas air minum (200 cc), tunjukkan kepada ibu ukuran air minum yang diperlukan (1 gelas belimbing= 200 cc)
o   Pastikan oralit masih dalam keadaan bubuk kering
o   Masukkan 1 bungkus bubuk oralit (200 cc) ke dalam air minum di gelas dengan cara menggunting seluruh bagian atas bungkus oralit (jangan hanya menggunting bagian ujungnya saja)
o   Aduk cairan oralit sampai larut
Dosis pemberian:
·         Usia kurang dari 1 tahun (1/4  – ½ gelas)
·         Usia 1-4 tahun (1/2 – 1 gelas)
·         Usia diatas 5 tahun (1 – 1 ½ gelas)
Bila oralit tidak tersedia, beri cairan yang tersedia di rumah seperti, kuah sayur, kuah sup, air tajin, sari buah, air the dan air matang. 



2)      Segera ke Puskesmas untuk mendapatkan Zinc
·         Obat Zinc diberikan pada penderita diare balita
·         Mempercepat penyembuhan
·         Diharapkan dapat melindungi anak dari diare selama 2-3 bulan kedepan
·         Menambah nafsu makan




3)      Teruskan pemberian makanan
·         Pada bayi yang masih mendapatkan ASI, teruskan pemberian ASI lebih sering dan lebih lama
·         Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat. Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
·         Jika diare sudah berhenti maka balita sebaiknya diberi makanan tambahan sampai 2 minggu 



Pencegahan Tersier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecacatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi, pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.





MANFAAT DAUN JAMBU BIJI UNTUK DIARE








DIARE



DISUSUN OLEH :

1.     ALFIAH NUR HUDAYANI   1210711002
2.     AMYLIA GUSNIATY            1210711011
3.     LIKA LARASWATI                1210711026
4.     LUTHFYANI WIDYA P M     1210711016
5.    NURINDA DWI ARYANI      1210711009





FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2013/2014
 

TEKNOLOGI KEPERAWATAN "PENDIDIKAN KESEHATAN" Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review